Banjir di wilayah Bandung Selatan


Banjir di wilayah Bandung Selatan terutama di Kecamatan Baleendah dan Dayeuhkolot masih belum ada tanda-tanda akan segera surut. Senin (8/2), banjir tersebut masih merendam sekitar 3.670 rumah penduduk dan sekitar 790 kepala keluarga yang terdiri dari 2.000 jiwa lebih masih bertahan di tempat pengungsian.

Warga korban banjir di Kecamatan Dayeuhkolot dan Baleendah, di hari ke 13 banjir, Senin (8/2), mulai terkena berbagai penyakit. Penyakit yang mulai hinggap pada warga korban banjir yang berada di pengungsian ini antara lain diare dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Sebagian besar menyerang warga korban banjir berusia muda dan balita.

Selama dua hari terakhir ini penyakit diare diderita oleh sedikitnya 300 warga korban banjir. Menurut petugas kesehatan di Posko Kesehatan pengungsian Baleendah Ny Evie Rufaedah, diare akut yang diderita oleh warga korban banjir akibat kekurangan air bersih konsumsi. Maka itu pihak Satlak Kesehatan, sejak Senin pagi kemarin, mulai menabur kaporit di sumur-sumur milik warga Baleendah. "Sumur gali masih menjadi sumber utama air bersih warga di sini," papar Evie Rufaedah.

Banjir hebat di dua kecamatan ini, menurut Bupati Bandung H Obar Sobarna, sebagai akibat dari ketidakmampuan Sungai Citarum dalam menampung debit air ketika curah hujan yang turun sangat tinggi. Karena itu, antisipasinya dengan melakukan normalisasi aliran sungai.

Namun demikian menurut dia, untuk kepentingan itu diperlukan biaya paling sedikit Rp 300 miliar. Bupati Obar Sobarna, menyebutkan angka Rp 300 miliar tersebut muncul dalam pertemuan pihak Pemerintah Kabupaten Bandung, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan Dirjen Pengairan Departemen Pekerjaan Umum belum lama ini.

Disebutkan Grand Design normalisasi Citarum berikut anak sungainya itu sebagai upaya yang akan dilakukan pemerintah pusat, Provinsi Jabar dan Kabupaten Bandung mengatasi banjir di Kabupaten Bandung. "Ini merupakan grand design yang akan dilakukan oleh pemerintah pusat yang pembicaraannya telah kami lakukan bersama beberapa Waktu lalu,

Banjir di Bandung, Ribuan Rumah Terendam 2 Meter

Minggu, 7 Februari 2010 - 19:37 WIB

| More

BANDUNG (Pos Kota) – Amukan banjir yang melanda di kampung Cieunteung, Baleendah Kabupaten Bandung masih belum mereda. Sudah hampir sepekan ribuan rumah warga terendam banjir hingga, Minggu warga punmasih berjubel di beberapa tempat pengungsian yang ada di wilayah tersebut.

Di kabarkan, buntut banjir setinggi 2 meter itu pun merobohkan enam rumah.

Berdasar catatan di kantor Kecamatan Baleendah enam rumah yang ronoh Minggu akibat tak tahan terendam air. Rumah itu ambruk akibat lapuknya kayu-kayu setelah direndam banjir hampir sepekan.

“Tak ada korban jiwa karena saat rumah yang ambruk kosong dan sudah ditinggal mengungsi oleh pemilik,” kata Dadang, 45, pegawai kantor kecamatan.

Dia menjelaskan, rumah yang mabruk itu terjadi dalam kurun waktu dua hari. Dua rumah ambruk pada Jumnat malam, kemudian sisanya menyusul Sabtu malam. Hingga Minggu sore, kata Dadang, tak ada lagi laporan menganai ambruknya rumah. ” Yang jelas ribuan rumah masih terendam setinggi 2 meter,” katanya.

Untuk menyelamatkan warga, pihak Pemda Kabupaten Sumedang sudah memerintahkan warga supaya mengungsi hingga waktu yang belum ditentukan. Ribuan pengungsi kini di tampung, di mesjid, kantor kelurahan, kecamatan, dan gedung serba guna milik PDI-P Kecamatan Baleendah.

Di sisi lain dadang pun menyoroti, kondisi perekonomian di baleendah kini mengalami kelumpuhan. Ribuan warga sama sekali tak bisa beraktifitas lantaran rendaman air masih tinggi. Akibatnya, kebutuhan makanan dan minuman praktis morat-marit. ” Sudah semingngu warga berdiam di pengungsian. Semua aktifitas warga lumpuh,”.

Berdasar pemantauan, lanjutnya, air banjir kini masih tetap menduduki semua wilayah di Kampung Cieunteung. Kabupaten Bandung. Dia belum bisa memperediksi kapan banjir itu surut, pasalnya hujan deras setiap hari masih terus turun di Bandung.(dono/dms)

CARA-CARA MENGATASI BANJIR

Pelbagai cara dijalankan, antaranya:

Menyediakan Sistem Perparitan

Parit-parit yang telah cetek akibat daripada bahan-bahan kumuhan hendaklah sentiasa dibersihkan. Dengan ini air limpahan dan hujan dapat dialirkan dengan baik.

Projek Pendalaman Sungai

Kebanyakan kejadian banjir berlaku kerana kecetekan sungai. Jika dahulu sungai mampu mengalirkan sejumlah air yang banyak dalam sesuatu masa, kini pengaliran telah berkurangan. Ini disebabkan proses pemendapan dan pembuangan bahan-bahan buangan.

Langkah untuk menangani masalah ini ialah dengan menjalankan proses pendalaman sungai dengan mengorek semua lumpur dan kekotoran yang terdapat di sungai. Apabila proses ini dilakukan, sungai bukan sahaja menjadi dalam tetapi mampu mengalirkan jumlah air hujan dengan banyak.

Memelihara Hutan

Kegiatan pembalakan di mana penerokaan di kawasan pinggir sungai digemari menyebabkan tanah terhakis dan runtuh ke sungai. Keadaan yang sama juga berlaku apabila aktiviti pembalakan yang giat dilakukan di lereng-lereng bukit.

Oleh itu pemeliharaan hutan merupakan cara yang baik untuk mengatasi masalah banjir. Hutan boleh dijadikan kawasan tadahan yang mampu menyerap air hujan daripada mengalir terus ke bumi.

Hutan boleh berfungsi sebagai bunga karang (sponge) dengan menyerap air hujan dan mengalir dengan perlahan-lahan ke anak-anak sungai. Ia juga bertindak sebagai penapis dalam menentukan kebersihan dan kejernihan air. Hutan mampu menyerap air hujan pada kadar 20%. Kemudian air hujan ini dibebaskan kembali ke atmosfera melalui sejatan pemeluwapan. Hanya dengan ini sahaja pengurangan air hujan dapat dilakukan.

Mengawal Aktiviti Manusia

Banjir kilat yang berlaku terutamanya di bandar disebabkan pembuangan samapah dan sisa industri ke sungai dan parit. Bagi menangani masalah ini, kesedaran kepada masyarakat perlu didedahkan supaya aktiviti negatif ini tidak terus dilakukan seperti mengadakan kempen mencintai sungai dan sebagainya.

Badan-badan tertentu juga harus bertanggungjawab menentukan sungai sentiasa bersih dan tidak dijadikan tempat pembuangan sampah.

Kejadian banjir merupakan malapetaka yang tidak dapat dielakkan terutamanya apabila membabitkan hujan lebat. Bagaimanapun usaha seharusnya dibuat untuk mengurangkan akibat banjir. Manusia juga harus sentiasa berwaspada dengan kejadian ini.

Link PDF

Perlu Dibuat Kanal untuk Atasi Banjir

Pikiran Rakyat - 01 Mei 2007

SOREANG, (PR). Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Prov. Jabar mengusulkan pembuatan kanal (terowongan) sebagai solusi penanganan banjir di Bandung selatan. Kanal sepanjang 4-5 km itu akan menghubungkan Sungai Citarum di wilayah Dayeuhkolot dan Curug Jompong.

Usulan pembuatan kanal itu diharapkan menjadi jalan tengah dari berkembangnya polemik yang terjadi di tengah masyarakat dengan rencana pemapasan Curug Jompong. Kajian teknis juga menyebutkan bahwa wilayah Dayeuhkolot dan sekitarnya tak dapat terlepas dari banjir meskipun upaya normalisasi Sungai Citarum telah rampung karena berada dalam sebuah cekungan yang sangat rendah.

Kasubdin Konservasi Dinas PSDA Prov. Jabar, Lili Moch. Djadjuli mengemukakan usulan pembuatan kanal itu dalam Rapat Koordinasi Penanganan Bencana Alam di Bale Sawala Kompleks Pemkab Bandung di Soreang, Senin (30/4).

Diakui Lili, pemapasan Curug Jompong akan menimbulkan berbagai macam risiko, di antaranya terjadi degradasi sungai di wilayah hulu, sedimentasi besar-besaran di wilayah hilir, pendangkalan waduk, penurunan potensi air sumur dangkal, rusaknya struktur infrastruktur dan gedung, hingga mudah terjadinya kelongsoran tebing.

Pembuatan kanal pengendali banjir nanti diharapkan akan dapat mengatur debit air yang mengalir di Sungai Citarum hingga tak terjadi banjir di Bandung selatan.

Secara teknis, Lili menjelaskan, usulan pembuatan kanal itu. Kanal dibangun di dalam tanah dan melintasi wilayah selatan aliran Sungai Citarum dari Dayeuhkolot hingga Curug Jompong. Kemiringan kanal akan didesain hingga terbentuk kecepatan air yang tinggi dan sangat memungkinkan untuk mengalirkan debit banjir. "Kanal pengendali banjir Sungai Citarum dilengkapi dengan bangunan pengendali dan bangunan outlet," kata Lili.

Menurut dia, kanal ini juga dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik yang menggunakan sistem run off river atau mengandalkan aliran sungai. Kanal itu juga tak akan mengubah struktur sungai lama sehingga kerugian-kerugian yang dikhawatirkan semua pihak dapat dikendalikan.

Berkaitan dengan biaya pembuatan kanal ini, Lili tak menjawab dengan pasti karena perlu dilakukan studi khusus. Namun demikian, ia menyebut kisaran angka Rp 300 miliar - Rp 500 miliar.

Tak akan bebas

Sementara itu, Kepala Bidang Pelaksanaan Jaringan Sumber Air Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum, Sukotjo, membenarkan bahwa wilayah Dayeuhkolot dan sekitarnya tak akan lepas dari genangan banjir walaupun projek normalisasi Sungai Citarum selesai.

"Pemerintah telah berusaha untuk membantu untuk menormalisasi Sungai Citarum, tapi bukan menuntaskan banjir! Biasanya orang salah paham," ucap Sukotjo.

Menurut dia, normalisasi yang dilakukan sekarang hanya akan membantu mengalirkan curah hujan dengan cepat. Kalau saja curah hujan terlalu besar maka Sungai Citarum tak mampu menampung dan banjir tak dapat dihindari.

Sebagai gambaran, kondisi normal Citarum memiliki elevasi 658 m dpl (di atas permukaan laut). Namun, pada saat banjir beberapa hari lalu mencapai elevasi 659,8 m dpl. Tingginya intensitas curah hujan adalah penyebab utama banjir tersebut.

Projek normalisasi Sungai Citarum yang dilakukan BBWS Citarum, kata Sukotjo, saat ini telah mencapai 40%. Rencananya, projek yang memakan biaya hingga Rp 50 miliar itu dirampungkan akhir Desember tahun ini. Upaya normalisasi yang dilakukan berupa pengerukan dasar sungai sedalam 1 m dan pengembalian lebar sungai seperti semula dari Dayeuhkolot hingga Nanjung (Kec. Margaasih Kab. Bandung) sejauh 20 km.

Dalam rapat koordinasi yang dilakukan kemarin, Bupati Bandung menginventarisasi kejadian banjir di wilayahnya atas dasar laporan seluruh bawahannya. Hasilnya, terdapat sejumlah kecamatan yang tergenang banjir selama akhir minggu lalu yakni Kec. Katapang, Banjaran, Majalaya, Ibun, Dayeuhkolot, Baleendah, Bojongsoang, Rancaekek, dan Cikancung. Hingga kemarin, banjir di sebagian besar wilayah itu telah surut dan warga telah kembali ke rumahnya.

Bupati Bandung Obar Sobarna mewajibkan setiap satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dan camat di seluruh wilayah Kab. Bandung untuk selalu siaga saat ini. Ia bahkan meminta agar semua kepala SKPD dan camat mengumumkan nomor telefonnya dalam rapat tersebut. Tujuannya, agar koordinasi dapat dilakukan dengan mudah.

Belum prioritas

Sementara itu, Wakil Gubernur Jabar Nu'man Abdul Hakim mengatakan, Pemprov Jawa Barat belum memprioritaskan penanganan banjir tahunan di kawasan Bandung selatan pada APBD Jabar.

"Hal itu disebabkan, penanganan banjir di wilayah tersebut memerlukan dana besar dan program terpadu multipihak, baik pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten," katanya, saat membuka Musyawarah dan Rapat Kerja Badan Ru'yat Jabar di Kanwil Depag Jabar di Bandung, Senin (30/4).

Nu'man mengutip pernyataan Meneg Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Paskah Suzetta bahwa penanganan banjir di kawasan Bandung selatan membutuhkan biaya sekitar Rp 28 triliun. "Biaya itu terutama diarahkan untuk normalisasi Sungai Citarum," ungkapnya.

Dikatakan, setidaknya harus ada tiga tahap yang harus dilakukan untuk melakukan normalisasi Citarum. Pertama, pengerukan sepanjang aliran sungai. Kedua, menata bantaran sungai dan merelokasi bangunan dan warga, serta ketiga pemangkasan Curug Cijompong.

Saat ini, kata Nu'man Abdul Hakim, yang menjadi prioritas Pemprov Jabar adalah penyelesaian pembangunan Waduk Jatigede di kawasan Sumedang, Jabar. Penyelesaian pembangunan Waduk Jatigede ini untuk mengantisipasi musibah banjir tahunan di kawasan Cirebon dan Indramayu.

Di sisi lain, Kepala Badan Pengendali Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jabar Agus Rachmat mengatakan, untuk mengantisipasi banjir yang selalu terjadi di daerah Bandung selatan, pemerintah harus melakukan dua cara yakni pemangkasan Curug Jompong atau membuat terowongan (ground tunnel). (A-124/A-64)

Makin Meluas, Banjir di Bandung Selatan

Sabtu, 6 Februari 2010 | 10:03 WIB

KOMPAS/RINI KUSTIASIH

Sejumlah warga Desa Baleendah, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, mengungsi dengan perahu dari rumah mereka yang terendam banjir akibat luapan Sungai Citarum sejak Sabtu hingga Minggu (31/1). Ketinggian air bah mencapai lebih dari 2 meter hingga menutupi genteng rumah warga.

TERKAIT:

BANDUNG, KOMPAS.com - Banjir luapan Sungai Citarum di kawasan Baleendah dan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, bagian selatan semakin menghebat dengan areal genangan yang kian meluas, Sabtu (6/2/2010).

Pemantauan menunjukkan, banjir akibat curah hujan yang tinggi di kawasan hulu Citarum itu telah mengakibatkan terputusnya sejumlah jalan raya di kawasan Baleendah dan Dayeuhkolot.

Salah satunya ruas Jalan Raya Banjaran-Dayeuhkolot terputus di sekitar jembatan Dayeuhkolot. Kemudian Jalan Raya Balendah-Rancamanyar dan Jalan Raya Cieunteung.

Akibatnya, arus lalu lintas di jalur itu terputus. Khusus untuk jalur utama Banjaran/ Ciparay-Dayeuhkolot-Kota Bandung terpaksa diarahkan melalui Jalan Baleendah-Bojongsoang yang berjarak sekitar 1 kilometer dari kota Kecamatan Dayeuhkolot. "Banjir sudah berlangsung seminggu ini, tetapi hari ini lebih besar dari hari-hari sebelumnya," kata Ogi (35), warga Kampung Andir, Baleendah.

Sedikitnya 6.000 rumah penduduk dan fasilitas umum di Baleendah dan Dayeuhkolot terendam. Sebuah SPBU di persimpangan Baleendah dan Dayeuhkolot juga terendam banjir setinggi 50 sentimeter.

Banjir juga merendam ratusan rumah dan kolam di Desa Cipagalo, Kecamatan Bojongsoang. Genangan yang melanda kampung mereka merupakan yang pertama kali pada musim hujan, awal tahun ini.

Lalu lintas di jalur Banjaran-Dayeuhkolot-Bandung praktis terputus. Kemacetan terjadi di jalur Baleendah-Bojongsoang, satu-satunya jalur yang bisa diakses untuk menuju Kota Bandung.

Sebagian besar warga yang tergenang banjir di Baleendah dan Dayeuhkolot mengungsi ke gedung serba guna dan kantor kecamatan.

Sebagian warga masih bertahan karena berharap genangan banjir menyusut hari ini. Sementara itu, SD Mekarsari di Kampung Cieunteung sudah lebih seminggu tergenang banjir sehingga proses belajar-mengajar dipindahkan ke Gedung Serbaguna di Baleendah. "Bila hujan deras terus mengguyur kawasan hulu Citarum, Baleendah di ambang banjir besar," kata Gunawan, salah seorang relawan Tagana di Baleendah.

Sementara itu, tenda pengungsian sudah terlihat di sana, termasuk dapur umum untuk membantu korban banjir. Aktivitas warga menggunakan perahu karet dan perahu kecil karena genangan di rumah penduduk hingga 2 meter. "Di wilayah Andir genangan mencapai 1,5 meter," kata Dada, warga Andir.

WEB DESIGNER, FREELANCE WEB DESIGNER, XHTML + CSS, GRAPHIC DESIGNER, MULTIMEDIA DESIGNER, BANDUNG, INDONESIA

Hujan Deras dan Banjir di Bandung

April 1st 2005, on Daily


Toko Kaos Komputer

Udah hampir seminggu belakangan ini, di Bandung selalu hujan deras. Terkadang disertai petir dan Angin. Berbagai kekhawatiran muncul, apalagi kalau ujan gede, sebagian jalan yang gw lewati pasti banjir. Gw jadi serba khawatir, takut aja sama keluarga en orang-orang terdekat tiba-tiba terjadi musibah.

Musibah siapa tau kapan akan menimpa. Siapa tau, gw sendiri yang bakal ngalamin, ketika di jalan, ketika lagi di depan komputer, ketika tidur… Kayak khutbah Jumat tadi “Bila kita menggantungkan sesuatu kepada hidup kita, maka kita telah menggantungkan hal tersebut kepada sesuatu yang tidak pasti dan di luar kehendak kita”. Dunia memang serba tidak pasti, saat ini kita hidup, besok atau mungkin nanti malam kita bisa mati. Hari ini kita kaya raya, besok mungkin kita jatuh melarat.

Bandung Selatan Derita Banjir Terparah

Selasa, 8 April 2008 12:11 WIB | Warta Bumi | | Dibaca 726 kali

Bandung (ANTARA News) - Lima hari menjelang Pilkada Jawa Barat 2008, 13 April 2008 mendatang, kawasan Bandung Selatan, Selasa, kembali dilanda banjir besar yang mengakibatkan ribuan rumah penduduk di kawasan itu terendam.

Banjir luapan Sungai Citarum itu terjadi di Kecamatan Baleendah, Dayeuhkolot, Bojongsoang, Majalaya dan Rancaekek Kabupaten Bandung. Genangan banjir terjadi sejak pukul 21.00 WIB (Senin) akibat hujan deras dalam dua hari terakhir di kawasan hulu Sungai Citarum.

Banjir di Kecamatan Baleendah merendam sedikitnya 2.025 rumah penduduk yang dihuni 5.722 jiwa di Kelurahan Andir dan Baleendah.

"Dibandingkan dengan banjir sebelumnya, banjir kali ini lebih besar lagi," kata Camat Baleendah, Terry Rusinda.

Selain merendam rumah penduduk, banjir juga merendam empat sekolah dan empat mesjid. Dua lajur Jalan Raya yakni Baleendah - Katapang dan Jalan Mekarsari juga tergenang banjir setinggi 80 centimeter.

Akibatnya arus lalu litas sempat terputus, warga yang hendak pergi bekerja terpaksa berjalan kaki menerobos genangan banjir.

Luapan Sungai Citarum juga meluber hingga pertigaan Jalan Raya Bandung - Dayeuhkolot - Banjaran sehingga arus lalu lintas diarahkan ke jalur by pass Jalan Terusan Buah Batu (Cipagalo) Kecamatan Bojongsoang.

Karena di beberapa titik ketinggian air setinggi 120 centimeter, maka sebagian warga terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih tinggi dan di pinggir Jalan Raya Bandung - Banjaran.

Selain itu penduduk juga menempati bebeara mesjid, musola dan juga di Sekretariat PDIP Kabupaten Bandung.

"Kami sudah mengontak PMI untuk membangun dapur umum untuk antisipasi genangan berlangsung lama," kata Camat Baleendah.(*)

1 komentar:

Green Warrior mengatakan...

Mari menanam pohon untuk mencegah banjir, sekarang semakin menarik karena ada gerakan penanaman pohon yang memberikan keuntungan ekonomi.
Selamatkan bumi sekaligus make money :) Pendaftaran di : http://goo.gl/J3xVtY
Detail Program di : http://www.greenwarriorindonesia.com

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | JCPenney Coupons